Selamat hari minggu! Mana suaranya yang hari ini gabut ga kemana-mana? Haha mumpung ada waktu nih buat nulis, jadi gue mau ngeblog malem ini. Dan kebetulan ga ada buku yang bisa dibaca, dan film lagi ga ada yang bagus untuk ditonton, berita Jakarta dan dunia yang tiap hari begitu-begitu aja. Begitu gimana? Yaaa... Semacam berita yang hanya memperlihatkan sisi negatifnya saja. Yang tiap hari cuma bisa bikin pusing pikiran pembacanya. Kalo dipresentasikan mungkin cuma 15% berita yang baik-baik setiap harinya (sumbernya sepengelihatan gue pribadi).
Apa yang akan gue tulis malem ini? Dari judulnya mungkin bisa diperkirakan kan ya kira-kira apaan? Kalo denger kata karma apasih yang kalian pikirin pertama? Temen yang nge-makan temen? Cinta? Sakit hati? Lagu band Coklat? Makanan khas Arab (re: Kurma). Pasti yang pertama kalian pikirin adalah contoh-contoh karma itu sendiri. Anyway, dikutip dari Wikipedia bahasa Indonesia, karma itu adalah konsep "aksi" atau "perbuatan" yang dalam agama Hindu dipahami sebagai sesuatu yang menyebabkan seluruh siklus kausalitas (yaitu, siklus yang disebut "samsara"). Segala tindakan/ perilaku/ sikap baik maupun buruk seseorang saat ini juga akan membentuk karma seseorang di kehidupan berikutnya.
Kalo dalam bahasa sehari-hari mungkin kalian bisa artikan sebagai apa yang kalian lakukan, bakal kalian rasain dan berbalik ke kalian lagi. Same way that they come, that's the way they go. Karma sendiri punya 2 sisi, karma yang baik dan ga baik. Hal-hal yang baik yang kalian lakukan pasti akan diganti sama yang lebih baik. Do good and good will come to you. Eits, tapi jangan pernah melakukan hal-hal yang tidak baik kalo kamu ga mau kamu sendiri mendapatkan hal tidak baik itu. Even, mungkin kalian pernah disakitin atau diperlakukan tidak baik sama orang lain. No! Inget, dendam itu ga bakalan mengatasi masalah. So, ya langsung aja gue mau bahas pengalaman gue di sisi Good Karma. It's a simple story but I hope you can find the value of the story.
Gue adalah mungkin bisa dibilang satu dari sekian banyak masyarakat Jakarta yang menggunakan transportasi umum. Gue punya mobil yang bisa dibilang milik pribadi walaupun gue belum bekerja. Yap, itu pemberian orang tua dan gue pakai sebaik mungkin pastinya. Tapi dari sebelum gue punya mobil juga, gue memang suka bepergian pake transportasi umum. Padahal mobil udah enak dikasih sama orang tua, ga panas-panasan di jalan, atau ga desek-desekan sama orang lain. Tapi rasanya ada yang beda aja gitu kalo naik transportasi umum kayak ketemu banyak orang bahkan kadang gue berpikir tingkat mobilitas perpindahan orang di Jakarta ini banyak dan tersebar. Belajar dari kebiasaan orang Jepang yang selalu bepergian menggunakan tranportasi umum walapun kebanyakan dari mereka punya mobil pribadi. Tapi Mel, transportasi umum mereka kan udah enak, nyaman, aman? Yaaa... Kembali lagi terlepas dari itu semua, gimana niat kita aja mau atau enggak mencoba untuk naik transportasi umum. Ga ada salahnya kan memulai dari kita sendiri yang bakalan berimbas ke orang lain.
Back to topic! Transportasi umum yang biasa gue gunakan adalah Bus Transjakarta alias Busway. Biasanya naik bus ini kalo pulang kuliah atau sekedar mau pergi ke tempat-tempat deket di Jakarta pas lagi mager bawa mobil karena traffic yang terlalu padat atau karena perginya cuma sebentar mengingat sekarang parkir di Jakarta sudah mahal. Gue disini ga bakalan ngebahas Bus Transjakarta nya itu sendiri karena udah pernah gue bahas di post sebelumnya, gue bakal ngebahas apa aja kejadian yang ada di dalamnya.
Gue yakin kalian tau lah ya kalo di Busway itu ada beberapa peraturan yang harus ditaati seperti, dilarang merokok, dilarang membawa benda tajam atau benda yang berbau, tidak boleh membawa makanan atau minuman, tidak boleh berbuat asusila, maksimum kecepatan 50 km dan banyak lagi. Nah, selain itu kalian pasti tau juga kan kalo di daerah depan bus adalah ruangan khusus wanita dan dibelakangnya untuk pria, hal ini untuk menjaga agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan, apalagi biasanya kalo peak hour dan itu desak-desakan.
Ada lagi tentang prioritas tempat duduk. Nah, hal ini menarik nih, dimana peraturan ini mengutamakan orang tua (lanjut usia) untuk duduk, anak kecil, orang cacat (disable), ibu-ibu hamil atau ibu-ibu yang menggendong anak. Kenapa di awal gue bilang menarik? Karena disini tingkat ke-inisiatifan dan ke-ikhlasan kita diuji. Disini, di transportasi umum, rasa kemanusian yang tinggi dari penumpang sangat di harapkan meski telah mengantri lama tapi harus bermurah hati untuk mereka-mereka yang lebih membutuhkan kursi.
Gue, 20 tahun, normal, sendiri (tidak membawa atau menggendong anak kecil), belum hamil, dan lansia. Biasanya, gue kalo masuk bus nya langsung berdiri karena gue tau pasti ada ibu-ibu atau nenek-nenek yang masuk. Baru pas sampai ada bangku kosong yang bisa buat duduk dan setelah dilihat ga ada yang lebih membutuhkan. Kadang, gue pernah ngasih tempat duduk ke orang yang lebih membutuhkan dan seketika gue dikasih tempat duduk juga sama orang lain. Nah, ini yang gue namain Good Karma.
Pernah suatu ketika, gue pulang dari kampus, gue berdiri dan didepan gue ada ibu-ibu dan sebelahnya mba-mba yang lagi duduk. Lalu, pas bus nya berhenti di halte pertama, mba-mba tadi turun dan ada ibu-ibu yang bawa barang banyak dan akhirnya gue nawarin kursi ke dia. "Terima kasih ya" kata dia. Ga lama, bus nya berhenti di halte dan ada nenek-nenek yang bawa barang besar dan berat sepertinya tapi dia ga kebagian tempat duduk. Lalu, ibu-ibu di depan gue berdiri karena udah mau sampe ke halte tujuannya. Tapi tempat duduk itu langsung didudukin sama mba-mba disebelah gue. Sebenernya mau gue kasih ke nenek-nenek yang bawa barang. Eh, tapi ga lama kemudian, ya kurang lebih selang 2 halte mba-mba ini berdiri dan gue colek nenek-nenek dan memberinya tempat duduk yang didepan gue itu. Terus dia bilang "Terima kasih ya nak". Kalian tau ga sih rasanya di terima kasihin sama orang yang ga dikenal karena kita sudah berbuat baik sama dia? It's priceless. Di halte berikutnya nenek-nenek ini turun dan ibu-ibu yang bawa barang tadi langsung nawarin ke gue "Udah sini aja mba duduk sebelah saya" Mungkin karena gue kebanyaakan ngasih tempat duduk dan gue ga duduk-duduk dari lama, dan muka gue capek banget. Walaupun cuma 3 halte lagi gue turun tapi lumayan bisa ngelurusin kaki. Perjalanan yang gue tempuh kurang lebih sejam sampe sejam setengah.
End of the story, gue harap kalian bisa dapet nilai dari cerita gue diatas. Gue disini cuma pengguna transportasi umum di Jakarta. Sama-sama mau dihargai dan didahulukan. Tapi alangkah baiknya kita mendahulukan orang yang membutuhkan. Lagipula siapa tau apa yang kita lakukan akan balik ke kita lagi. Ayok yang muda, asah rasa kemanusiaan, inisiatif dan murah hati kalian dikehidupan bermasyarakat ini. Jangan hanya di buku PKN (pendidikan kewarganegaraan) aja, kalian tau teorinya tapi sekarang saatnya realisasikan. Pernah ga sih kalian lihat di buku PKN ada gambar anak-anak bantu nyebrangin orang tua? Nah, hal sekecil itu ajadeh, ayok kita lakukan. Atau mungkin hal yang lebih sepele lagi, misal lihat sampah di jalan, apa yang kamu mau lakuin? Ambil atau tinggal aja? Itu terserah kamu, tapi kalau kalian mau lihat Jakarta bersih, dimulai dari kamu. Itu kuncinya. And remember, Karma is the invisible power that balances universe. Amel is sign out for now, bye :)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar