Selamat Datang! 안녕하세요! Bonjour! Welcome to my blog. I hope you enjoy read it. And don't forget to give a mark to the box under the posts. Terima Kasih! 감사합니다! Merci! Thank You.

Kamis, 14 Desember 2017

December Thoughts

It's been December guys! Nge-blog ah... Udah lama bgt enggak nge-blog. Tapi mau bahas apa ya, bingung juga. Sebenernya sih banyak yang mau diomongin atau diperdebatkan, biasanya aku nulis tulisan pendek di Twitter aja, ohiya di second account @EldinneA jangan lupa di follow!

Masih dengan kesibukanku yang ngurusin tugas akhir karena perpanjang semester ini. Doain Februari 2018 aku sidang dan InshaAllah wisuda bulan April. AMIN! Oke deh mari kita nge-gosip dulu sambil ngilangin penat yah haha. Gosip pertama asiknya apa nih ya?

Eh haha menikah muda kali ya? Seru nih... Tiba-tiba ter-pop-up gara-gara kemaren Acel abis ngelahirin anak pertamanya. Pasti pada tau dong ya kan pada punya Instagram, masa sih enggak tau seleb hits satu ini? Dia sama Okin, suaminya langsung nge-snapgram-in anaknya gitu. Nah kira-kira kamu nanti kalau udah punya anak, langsung disebarluaskan enggak tuh? Oke, balik ke nikah muda. Kira-kira kalian ada di tim mana? Oke dengan nikah muda atau mempersiapkan dulu sampai di usia matang?

Kemarin waktu aku mau ke kampus, aku ngelewatin Harmoni, diatas pos polisi situ ada TV screen yang isinya lagi ngebahas usia ideal perempuan dan pria untuk menikah. Kesimpulannya, di sudut pandang pemerintah, perempuan ideal di usia 21 dan laki-laki di umur 24. Tapi banyak juga loh yang dibawah umur-umur itu udah nikah. Kayak misalnya anaknya Ust. Arifin atau Salma dan Taqy, dan ya banyak temen-temen aku juga sih.

Nah, terus aku tanya ke temen-temen aku (yang belum nikah) juga nih soal menikah muda, mereka bilang mereka sih lebih prefer mempersiapkan dulu. Bahkan kebanyakan dari mereka bilang, biasanya yang menikah muda itu masih pada di topang finansial nya sama orang tuanya. Iya sih bener, kalo aku liat juga kebanyakan gitu. Karena gini ya, yang namanya nikah itu enggak segampang jadian kan? Nikahin pasangan kamu enggak hanya nikahin dia doang, tapi kesukaannya kekurangannya, keluarganya, dan semua tentang dia. Banyak yang cerai karena masalah finansial, ketidakcocokan lagi, dia baru tau sesuatu setelah menikah dan sebagainya. Apalagi sensitif banget nih ya masalah finansial, banyak perempuan yang menuntut banyak hal yang mungkin laki-laki tidak semuanya mampu misanya. Ya jadi emang menikah enggak segampang ngucapin kata aku cinta kamu. Ada banyak hal yang harus di pikirkan dan di persiapkan... Keterbukaan, menerima apapun itu dari pasangan, keluarga, dan segala yang terkait... Well, ya itu balik lagi ke individu untuk bisa menjaga pasangannya juga dan aku doain semua yang baca tulisan aku ini have a happy ending love story.

Oke, kita move on ke kedua, soal banyak banget komentar netizen soal kinerja kepemimpinan gubernur baru DKI Jakarta nih guys. Gimana menurut kamu? Kalo di twitter tuh ya banyak banget yang ngomel, tapi ada juga sih yang support. Ada lah tuh yang dari si kubu ini, kubu itu, sisi ini, sisi itu, kaum ini, kaum itu, pusing bacanya. Kayak kita ga tau harus berpihak ke siapa. Yaudahlah ya, lebih baik introspeksi diri kita sendiri-sendiri dulu. Ya, setidaknya kita membantu untuk jadi warga DKI yang baik saja sudah cukup sepertinya.

Disisi lain ada nih, komentar-komentar dan tanggapan warganet dari si kaum garis keras, atau ada lah si kaum liberal, moderat, pendukung yang itu dan pendukung yang ini. Huh, kebayang kan stresnya jadi warga Jakarta :(

Ohiya nih karena Desember itu bulan menuju pergantian tahun pastinya juga kita tau kalo sebentar lagi natalan. Isu yang beredar banyak banget kalo ada yang bilang kita enggak boleh ngucapin Selamat Natal kepada umat Kristiani atau selamat untuk acara keagamaan lainnya selain non-muslim. Nah menurut kamu gimana nih? Kalo aku sih ya sebagai muslim, memang diajarin untuk tidak memberikan selamat apapun itu untuk acara non-muslim kepada agama lain. Tapi bukan berarti aku sendiri tidak membolehkan orang lain itu ngucapin. Setiap orang punya mulutnya sendiri, setiap orang punya pemikirannya sendiri. Aku memang enggak ngucapin selamat, tapi dengan memperbolehkan mereka untuk beribadah menurutku itu sudah termasuk bagian dari menghormatinya.

Well, aku rasa sekian dulu untuk hari ini, udah banyak banget yang diomongin. Kurang lebihnya ya seperti itu. Amel's sign out don't forget to eat and stay healthy

Senin, 03 Juli 2017

Sebuah Tulisan

Banyak wajah di kota metropolitan yang kulihat hari ini. Namun, selalu menjadi pertanyaan mendasar yang selalu aku pikirkan ketika aku melihat paras ibukota. Tiada permasalahan yang tak dirasa setiap harinya. Tak lelahkah engkau Jakarta? Bagaimana tampakmu dikemudian hari? Akan kuapakan dirimu? Apakah aku orangnya? Aku harus apa? Bisakah aku?

Sejak ku kecil, aku selalu bersamamu. Mengetahuimu dari semua sudut pandang mu. Tak semua mengerti apa yang kau mau. Lalu, aku sendiri bertanya. Mengapa angka kelaparan dan kemiskinan tidak reda? Kriminalitas dimana-mana. Mengapa kaum-kaum elitmu terus berkuasa sementara dibawah sana ada yang menjerit kesusahan? Pro dan kontra berterbaran.

Seketika aku berpikir apa yang harus kulakukan selanjutnya? Memperbaikimu? Sedangkan aku hanya berjuang sendiri? Berada di dalam mu, namun tetap saja, aku tak bisa merubahnya. Atau diam saja, apatis, tidak peduli, dan membiarkan anak cucuku mengiba pada tanah airnya? Sementara banyak diluar sana suara provokasi yang bergema.

Entahlah, aku tidak bisa menjawabnya. Saat ini yang aku tau, tak sedikit yang mau merubahmu. Aku berdoa untuk itu. Semoga engkau tak salah langkah. Mau dibawa kemana nantinya, ku harap engkau seperti yang aku kenal dulu.

Teruntuk Jakarta di bulan Juli, ketika aku masih 20.

Satu Hari di Bulan Juli

Pagi itu cerah. Terlalu bersemangat sepertinya. Aku dan kamu sudah membuat sebuah rencana di malam sebelumnya. Terbayang akan menikmati hari esok hanya berdua.

Aku termenung dalam lamunan di sepanjang jalanku. Aku tak sabar bertemu. Tatkala aku menemuimu saat itu, kau pun menghampiri. Dan dendamku atas rindu yang menyiksa selama ini telah terbayar. Waktu dan ruang kembali muncul berpihak pada kita.

Aku memegang tanganmu dan kau memelukku. Detik, menit terlewati untuk menatapi wajahmu. Cerita demi cerita kita bicarakan bersama. Tawa, canda, menangis, dan semua yang kita rasakan sampai menjelang sore. Tak terasa hujan mengguyur, dan kita pun berteduh.

Suara masinis menyaut. Kau mengantarku saat itu, aku menatap bintang yang menuntun ke arah pulang. Lagi, bulan pun sedang tak tersenyum. Sesampainya, aku tidak bisa berlama denganmu. Aku harus pulang. Sendirian. Kau pun begitu.

Kau tau bagaimana rindu yang menyiksa itu kembali datang menggerogoti aku? Merasakan sangat ingin bersama, memadu kasih asmara?

Yang terpenting, terima kasih untuk hari itu. Aku senang. Sangat senang. Satu hal yang aku ingat, bersabarlah katamu. Aku disini. Aku juga tau kamu pasti disini.

Kamis, 08 Juni 2017

Abis Kuliah Ngapain?

Selalu menjadi pertanyaan dari seorang mahasiswa yang muncul setelah mereka lulus yaitu kegiatan apa yang selanjutnya harus mereka lakukan. Ga mungkin cuma diem dirumah aja dan ga produktif dong? Kemana semua ilmu yang udah mereka dapet di bangku kuliah? So, otomatis pasti pilihan-pilihan atas jalan hidup mereka telusuri. Bisa jadi bagi sebagian orang menjawab mau bekerja, atau bagi yang kuat untuk belajar lagi dan mau menambah gelarnya memilih untuk melanjutkan S2. Atau mungkin bagi sebagian mahasiswi yang udah melambaikan tangan ke kamera atas susahnya melalui rintangan perjalanan kuliah, lebih memilih untuk nikah? Ya itu juga kalo udah ada calonnya, buat yang masih jomblo, semoga dipertemukan dengan jodoh. Amin (Lah?)

Di jaman sekarang kalau kita memilih untuk bekerja, hal apa sih yang di prioritasin di pekerjaan kita nanti? Pasti bekerja di bidang yang kita sukain dong, bahkan bagus banget kalo bisa dapet kerjaan yang sejalan sama hobby. Terus nomor 2 apa? Pastinya, gaji yang memenuhi kebutuhan hidup setelah sarjana. Tapi, apa mungkin seorang fresh graduate langsung bisa punya gaji yang mencukupi? Kebanyakan tempat kerja, entah itu sebuah perusahaan atau pemerintahan berpikir bahwa fresh graduate S1 ga ada apa-apanya, ilmu juga ga tinggi-tinggi amat, yah masih basic lah kurang lebih. Banyak temen-temen saya yang setelah lulus masih mempunyai predikat "Pengangguran Berpendidikan". Loh kok bisa? Indeks prestasi mereka tinggi loh, mereka lulusan universitas terbaik bahkan unggulan, jurusan yang mereka pilih terpandang dan sangat dibutuhkan. Tapi kenapa kok belum juga dapat kerja?

Banyak statement yang dilontarkan banyak orang bahwa tak cuma hard skillnya saja yang perlu diasah, tapi soft skill juga perlu. Hard skill pastinya bisa didapat dari semua hal yang kita selalu pelajari di bangku kuliah. Minimal seorang mahasiswa memiliki kemampuan basic di bidang nya. Lalu, masalah soft skill yang bisa kita pelajari dari cara berbicara kita terhadap orang lain, cara bekerja sama, insiatif, how to solve problem, and many more. Cara ngedapetinnya, bisa ikut kerja kelompok, organisasi, atau unit kegiatan mahasiswa. But, kita selalu lupa dan terlalu fokus pada hal itu saja. Hal terpenting yang menjadi bekal dari seorang mahasiswa untuk siap kerja nanti adalah pengalaman magang atau internship.

Kenapa sih perusahaan lebih memprioritaskan untuk mengambil lulusan yang mempunyai banyak pengalaman magang? Karena kehidupan bekerja dan kehidupan kuliah sangat jauh berbeda, mereka si perusahaan pasti memercayai kita yang sudah pernah tau celah-celahnya dalam bekerja sehingga mereka tidak meragukan lagi. Apasih manfaatnya magang? Nambahin CV, ngisi waktu luang, nambah pengalaman dan lain-lain. Intinya magang itu bukan cari uangnya, tapi cari ilmunya. Banyak kok sumber-sumber atau link tempat buat kita magang. Yang penting selalu rajin dan tekun buat menemukan hal baru setiap harinya.

Okay, itu aja bahasan yang mau saya bahas. Semoga bisa menginspirasi semuanya. Terlebih saya berterima kasih kepada mas Adji yang udah mau bersedia untuk berdiskusi tentang masalah diatas. Kurang lebihnya mohon maaf. Cross our fingers and good luck!

Randomly Gaze

Sebenernya postingan ini udah lama, cuma gue simpen jadi draft aja. Nah, kali ini gue coba untuk share postingannya. Kenapa gue namain Randomly Gaze? Karena, semua kata-kata di bawah ini cuma kata acak yang terpikirkan sama gue. Terus darimana dapet inspirasi kata-katanya? Ya, kalau lagi merenung aja, misalnya sebelum tidur, atau kalau lagi ngeliatin jalan-jalan ibukota.

Setiap malam perasaan ini selalu datang, ketika sendiri terasa membosankan, pikiran itu melayang terbang. Semua perlakuan mereka yang sengaja, perkataan mereka yang tidak bisa aku percaya. Entah, akupun tak tahu harus menghadapi dengan cara apa. Yang perlu orang itu tahu aku tidak pernah putus asa atau sekalipun tidak memperjuangkan. Sekarang yang aku takuti adalah orang itu, aku tak tahu rasanya menjadi ia. Apakah pahit? Secara tak langsung, aku merasakannya. Percayalah, aku merasakan hal yang berbeda ketika orang itu mulai datang menghampiri. Sangatlah biasa, percayalah akupun tidak tahu mengapa rasanya seperti petir, guntur, dan kilatan bergemuruh dengan cepat. Sungguh luar biasa. Hidup sepertinya sudah memang ditakdirkan. Jalan Tuhan mana ada yang tahu. Hanya jejak langkah menuju mana yang harus dituju. Semoga benar. Pernahkah terpikir? Beranjak dewasa, problematika kehidupan pun datang perlahan, sesaat bertubi. Walau dalam suka duka hadapilah bersama. Kata-demi-kata memanglah tak bersambung tapi hati-lah yang selalu terhubung. Orang itu lucu, tertawa lepas tidak memikirkan dimana dia berada. Kebiasaan yang seharusnya tak dilakukan. Larut waktu dihabiskan melalui perbincangan hangat malam sampai fajar datang. Tentu banyak hal yang dilakukan. Tolehlah kepala ke kanan dan kiri. Apa yang kau dapati? Sekitar. Benar, sekitar. Apa katanya? Masihkah ia berbisik? Apakah dengan lembut? Atau dengan suara lantang? "Belum, jawabnya"

Minggu, 12 Februari 2017

Empower Women











Senin, 12 Desember 2016

All Grown Up and You'll Find The One

Ini adalah sebuah kisah yang terinspirasi dari seorang anak. Anak perempuan yang sampai saat ini diasuh oleh kedua orang tuanya. Orang tuanya tidak bercerai, melainkan benar-benar membesarkan anak-anaknya dengan hangat dan penuh kasih sayang. Anak perempuan ini sangat ditunggu-tunggu keberadaannya, saat ia masih berada di rahim ibunya, ia dijaga dan diberi asupan yang bergizi. Masa kelahirannya, ia tidak ditemani ayahnya, kumandang adzan hanya diperdengarkan melalui telepon pada masa itu. Ya, terpaut jarak yang cukup jauh. Disamping itu, anak perempuan ini diberi nama yang indah. Dan semoga namanya membawa berkah kepadanya.

Masa kecilnya penuh tawa, belajar, dan bermain, itu semua diawasi oleh orang tuanya. Betul-betul sangat dijaga, diberi makan penuh, pendidikan dini, bermain dan bergaul dengan teman sebayanya. Semua yang ia minta pasti di berikan. Sejalan ia tumbuh menjadi anak dan tumbuh lagi menjadi remaja, banyak pengetahuan yang ia dapat, banyak orang yang ia kenal. Isi kepala nya penuh dengan pertanyaan-pertanyaan tentang hidup ini yang sampai sekarang mungkin (beberapa) masih belum ia ketahui jawabannya.

Tidak semua lingkungannya baik terhadapnya, ia harus berpikir dan menganalisa apa yang baik dan tidak untuk dirinya. Tidak hanya lingkungan, semakin ia bertambah umur, perlakuan orang-orang terhadapnya tidak selalu baik. Ujian-ujian hidup mulai ia rasakan, perputaran roda kehidupan, masalah lain yang mengharuskan ia untuk menuntaskannya seorang diri. Tapi hal-hal itu tidak menjadikannya lemah atau manja, melainkan menjadikan ia pribadi yang lebih bijak dalam menghadapi situasi apapun.

Di dalam otaknya tertanam sebuah mimpi besar yang harus ia capai. Entahlah, anak perempuan ini terkadang terlalu berambisi dan memiliki ego yang tinggi. Mimpi-mimpi itu ia susun menjadi sebuah perencanaan-perencanaan yang satu-per-satu ia realisasikan. Ia berpikir dengan menyusun semua hal, hidupnya akan terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan, terlebih untuk masa depannya. Seperti belajar agar menjadi orang pintar sehingga sukses di kemudian hari, jurusan apa yang ia ambil, mau melanjutkan perguruan tinggi dimana, bidang apa yang ingin ia tekuni, sampai dengan siapa ia menjatuhkan pilihan hatinya. Sampai perlahan-lahan ia bangkit dan mencapai satu-per-satu apa yang ia inginkan.

Menurutnya, hingga kini pertanyaan-pertanyaan yang paling sulit untuk dijawab bukanlah tentang aljabar atau teori relativitas einstein, melainkan tentang bagaimana hidup ini bermula, akan ada apa setelah menjalani hidup ini, takdir Tuhan, nasib, rezeki, dan rahasia hati yang tidak seorang-pun tahu jawabannya. Isi kepalanya terus bergemuruh dan bertentangan antara benar atau salah.

Disisi lain, hal yang paling sering ia risaukan adalah tentang hati dan perasaan. Entah kepada siapa nantinya hati akan dijatuhkan, yang jelas anak perempuan ini tidak ingin salah pilih. Siapa yang nanti memenangkan hatinya, ia, pria yang bisa menemani perjalanan hidupnya, mendengarkan ceritanya, menikmati lelucon yang tidak lucu sekalipun bersamanya. Ia, laki-laki yang bisa membawanya ke arah yang lebih baik, hidup dan agamanya, jasmani dan rohaninya. Pemimpin yang bisa membimbing keluarganya, melewati suka duka bersama, lelaki yang bisa menjabat tangan ayah si anak perempuan sambil meyakinkannya bahwa di tangan ialah anak perempuannya pantas di beri. Laki-laki yang bertanggung jawab atas kelangsungan hidup si anak perempuan, sebagai pendampingnya.

Semua anak perempuan menginginkan laki-laki yang menjadi pendampingnya nanti lebih dari ayahnya, minimal bisa membuat ia adalah satu-satunya wanita yang tidak tergantikan oleh wanita lain, dapat mengasihi dan menyayanginya, tidak menyakiti hatinya sama sekali. Betapa sakit hati sang ayah si anak perempuan ketika tau ada laki-laki lain yang menyakiti anaknya. Lihat? Ayahnya yang dari kecil menjaganya, tidak mau untuk menyakitinya, bagaimana bisa ada laki-laki lain tega menyakiti hati si anak perempuan. Selama hidup anak perempuan di tangan ayahnya, ia sangat bahagia, betapa malang jika ada laki-laki yang malah memberi beban kepada sang anak perempuan. Sampai sekarang, anak perempuan ini masih mencari dimana laki-laki itu berada. Bukan ia yang menentukan, mungkin waktu. Ia hanya menikmati kisah hidup ini dari hari-ke-hari nya.

Di lain hal, ada banyak hal yang harus ia kerjakan sembari menemukan pria tersebut. Ia tetap melanjutkan hidupnya seperti biasa. Ada hal-hal lain diluar sana yang harus ia jelajahi, pikirnya. Di saat ini, di akhir tahun ini, ia tersadar waktu berjalan dengan sangat cepat. Tahun 2017 nanti, anak perempuan ini menginjak umur 21 tahun. Jalan pikirannya sudah matang, dan ia harus mengejar hidupnya. Kemana ia akan menuju. Apakah berjalan atau berlari. Apakah hanya melihat, mendengar, atau berkata. Apakah diam atau bereaksi. Tak ada yang tau. Bahkan si anak perempuan itu. Ia hanya bisa belajar memahami, berusaha, menemukan, berjuang, berdo'a, dan semoga apa yang terbaik yang  ia dapatkan.

Satu lagi, Anak perempuan tadi ingin berterima kasih kepada siapapun yang telah membaca kisah nya saat ini. Ia berterima kasih kepada semua orang-orang yang sampai saat ini masih ada di hidupnya. Ia tak bisa membalas kebaikan yang dilakukan kepadanya satu-per-satu tapi yakinlah ia senantiasa menaruh balasan dalam doanya.

-18-